BANGLI, BALI, MEDIAPOLRINEWS – Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi di Desa Bebalang, Kabupaten Bangli, menjadi alternatif modern bagi masyarakat Hindu Bali dalam melaksanakan upacara ngaben (pengabenan) tanpa mengesampingkan nilai-nilai adat dan tradisi. Fasilitas ini dirancang untuk menjawab tantangan keterbatasan lahan, waktu, atau biaya, sekaligus memastikan prosesi tetap sesuai dengan tuntunan agama.
Pada Senin, 28 Juli 2025, krematorium ini melayani delapan prosesi ngaben, termasuk ngelungah (pengabenan bayi), dari berbagai wilayah di Kabupaten Gianyar dan Bangli. Seluruh rangkaian upacara dilaksanakan secara khidmat dengan pemuput sulinggih (pemangku) yang ditunjuk oleh masing-masing keluarga.
“Kami tidak mengurangi esensi upacara. Semua tetap mengacu pada sastra agama dan tata cara adat Bali,” tegas I Nyoman Karsana, SE, Ketua Yayasan Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi.
Untuk memperkaya makna spiritual dan estetika, prosesi ngaben diiringi gamelan angklung dan Tari Topeng Sida Karya, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi ngaben di Bali.
DR. I Gusti Made Widya Sena, salah satu keluarga yang menggunakan layanan krematorium, mengungkapkan kepuasannya atas kelancaran prosesi. “Ini solusi tepat karena tidak menyimpang dari adat, bahkan lebih efisien,” ujarnya.
Pendapat serupa disampaikan Ni Putu Nova Yanti dari Dusun Penaga Landih, Desa Yang Api, Tembuku. Ia menilai pelaksanaan ngaben di krematorium tetap sakral dan sesuai tata cara agama Hindu Bali.
Nyoman Karsana menjelaskan, krematorium menyediakan tiga tingkatan paket upacara ngaben dengan biaya bervariasi, menyesuaikan kemampuan ekonomi keluarga. “Kami memberikan kebebasan memilih prosesi, mulai dari yang sederhana hingga lengkap sesuai manusa yadnya,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa keberadaan krematorium bukan untuk menggantikan ngaben tradisional, melainkan sebagai solusi bagi umat Hindu yang terkendala dalam melaksanakan upacara di banjar atau desa adat.
Jrobudi
Kaperwil Prov Bali
Editor : Zen
