BOGOR, MEDIAPOLRINEWS | 28 Oktober 2025 – Rencana pemekaran wilayah Bogor Timur (Daerah Otonomi Baru/DOB) mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat dan perwakilan seniman budaya setempat. Dukungan ini disampaikan dengan satu catatan kritis, ‘pemekaran tidak boleh menghilangkan nilai sejarah dan identitas ke-Bogor-an’.
Solihin GP, yang akrab disapa Manggepe, selaku Sekretaris Kreasi Seniman Budayawan Bogor (KSBBogor), menegaskan bahwa masyarakat sepakat dan mendukung pemekaran sebagai upaya nyata untuk pemerataan pembangunan, peningkatan kesejahteraan, dan keadilan, mengingat kontribusi besar Bogor Timur terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor.
Namun, dalam pernyataannya, Manggepe menggarisbawahi hal penting. “Pemekaran jangan sampai menghapus nilai sejarah dan identitas yang telah melekat kuat dalam diri kami sebagai warga Bogor,” tegasnya. Oleh karena itu, KSBBogor dan masyarakat mengusulkan agar nama daerah hasil pemekaran tetap menggunakan nama “Kabupaten Bogor Timur.”
Alasan di balik usulan penamaan ini didasari oleh kekhawatiran yang mendalam. “Bogor” dinilai bukan sekadar penanda geografis, melainkan bagian dari sejarah, kebanggaan, dan jati diri yang telah tumbuh turun-temurun.
“Jika nama ‘Bogor’ dihilangkan dari identitas kabupaten baru, kami khawatir kebanggaan itu akan perlahan memudar. Bahkan, generasi mendatang mungkin tidak lagi mengenal sejarah Bogor sebagaimana kami mengenalnya hari ini,” ujar Manggepe menjelaskan keprihatinannya.
Sebagai preseden, Manggepe menyebutkan beberapa contoh daerah hasil pemekaran di Indonesia yang sukses mempertahankan nama induknya, seperti Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang Selatan. Langkah serupa diharapkan dapat diterapkan di Bogor Timur.
“Kami ingin pemekaran membawa kemajuan, bukan menghapus sejarah. Mari bangun Bogor Timur dengan tetap menjaga nama besar dan kebanggaan kita sebagai warga Bogor,” pungkasnya menutup pernyataan.
Tuntutan ini menegaskan bahwa proses pemekaran diharapkan tidak hanya berorientasi pada aspek administratif dan ekonomi, tetapi juga harus mencerminkan penghormatan terhadap warisan sejarah dan budaya lokal. (***)
